Rabu, 11 Desember 2019

MACAM-MACAM TUMPATAN DALAM KEDOKTERAN GIGI

BAB 1 
PENDAHULUAN 
Hasil gambar untuk penambalan gigi
1. Latar Belakang 
Dewasa ini, masyarakat banyak terserang kerusakan kesehatan mulut dan gigi yang disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaganya agar dapat mencegah terserangnya kerusakan tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kerusakan gigi yang cukup tinggi, yang digambarkan oleh indeks DMF-T yaitu sebesar 4,6 berarti tiap 100 orang penduduk Indonesia memiliki 460 buah kerusakan gigi.1 Pada saat gigi terus mengalami kerusakan sehingga perlunya penggunaan cara perawatan yang salah satunya yaitu restorasi gigi. Dan salah satu kerusakan gigi yang memerlukan perawatan restorasi yaitu adalah karies.
Restorasi gigi termasuk dalam ilmu Konservasi Gigi.4 Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi(estetika).2 Restorasi terbagi dari 2 jenis yaitu, restorasi plastis (direct restoration) dan restorasi rigid (indirect restoration). Macam-macam bahan restorasi gigi diantaranya restorasi plastis, bahannya yaitu: resin komposit, amalgam, Glass Ionomer Cement. Sedangkan restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal, intrakoronal, dan interadikuler.3 Upaya dari kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun, sebagian orang masih mengabaikan kondisi gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan.

2. Rumusan Masalah 
Dari latar belakang yang telah kami uraikan maka masalah yang akan kami bahas: Apa sajakah macam-macam dari restorasi gigi? Apa definisi dari restorasi plastis? Apa saja bahan-bahan untuk restorasi plastis? Apa saja sifat bahan dari restorasi plastis? Apa saja indikasi restorasi plastis? Apa definisi dari restorasi rigid? Apa saja bahan-bahan untuk restorasi rigid? Apa saja sifat bahan dari restorasi rigid? Apa saja indikasi restorasi rigid? 

3. Tujuan Penulisan
Untuk dapat mengenal dan mengetahui macam-macam dari restorasi gigi. Untuk dapat mengetahui bahan-bahan untuk melakukan restorasi gigi. Untuk dapat mengetahui sifat-sifat bahan restorasi gigi. Kita dapat mengetahui indikasi restorasi gigi.

4. Manfaat Penulisan 
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber. Memperoleh kepuasan intelektual. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan. Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan restorasi gigi, diantaranya: macam-macam, bahan-bahan, sifat-sifat bahannya, dan indikasi restorasi gigi. Dapat memberitahu kepada pembaca yang belum mengetahuinya. Dapat mengetahui hal-hal yang akan dilakukan dan mengaplikasikannya. 


BAB II 
PEMBAHASAN 

1. Restorasi Plastis 
Restorasi plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam kavitas, dan setelah beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan dapat mengeras. Restorasi plastis terdiri dari bahan logam dan non-logam. Bahan logam yang biasa digunakan adalah amalgam, sedangkan untuk bahan non logam adalah Resin Komposit dan Glass ionomer cement.
2.Amalgam Restorasi 
amalgam merupakan paduan logam (aloy) dengan komposisi terdiri atas merkuri (air raksa atau Hg), Perak (Ag) 35%, Timah Putih (Sn) 14%, seng 0-1% dan Tembaga (Cu) 0,3%, serta beberapa elemen tambahan yang akan meningkatkan sifat fisik dan mekanik bahan. Hal yang unik dari restorasi amalgam adalah pada awal pencampuran metal dengan merkuri mempunyai konsistensi seperti pasta, yang akan mengeras dalam mulut setelah melalui rangkaian reaksi kimia yang menjadi massa paduan logam yang stabil.
3. Sifat logam Ag dalam amalgam membentuk senyawa logam dan merkuri, meningkat pemuaian, meningkatkan waktu pengerasan, menambah kekuatan dan meningkatkan resistensi terhadap karat. Aloi dengan jumlah perak yang tinggi membuat amalgam amat keras, tapi cepat berubah warna menjadi hitam.
4. Tembaga (Cu) 
bersifat menambah kekuatan dan kekerasan, meningkatkan pemuaian saat pengerasan tetapi menurunkan kelenturan. Aloi dengan jumlah Cu lebih banyak bersifat mengurangi disklorasi, proses karat sangat sedikit, menambah keras amalgam, dan secara klinis menjadikan tambalan lebih baik.3 Timah putih (Sn) bersifat menurunkan pemuaian saat pengerasan dan membentuk anti-merkuri, mengurangi sifat ekspansi amalgam. Seng mempunyai sifat mengurangi oksidasi dalam campuran aloi dan mempercepat reaksi, pembersih dan mengurangi oksidasi. Merkuri berfungsi mengubah bentuk cair menjadi padat dan komponen intermetal dalam keadaan stabil. 2,3 Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak.14,16 Resin Komposit Resin komposit ialah tumpatan pada generasi ke 60-an, dan secara umum dikenal sebagai bahan tumpatan kosmetik dentis.
5. Komposit
merupakan salah satu bahan tumpatan yang dapat memenuhi permintaan pasien mengenai estetika, karena dapat disesuaikan dengan warna gigi.6 Bahan resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan partikel anorganik sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan, dan agar dapat berikatan dengan baik. Bahan tumpatan resin komposit ini paling sering digunakan dan memiliki biokompabilitas yang tinggi.
6 Bahan resin komposit
ini biasa digunakan untuk menumpat gigi anterior, memperbaiki gigi yang patah, melapisi permukaan gigi yang rusak, atau menutup warna gigi yang berubah karena obat-obatan antibiotik tertentu misalnya tetrasiklin.4 Kandungan utama resin komposit terdiri atas matriks resin dan bahan pengisi. Dimasukannya partikel bahan pengisi kedalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Resin komposit juga memiliki sifat antara lain sifat fisik, sifat mekanis dan sifat khemis. Sifat fisik resin komposit diantaranya dari warna resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Sifat fisik tensile strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal.
7. Dari aspek klinis
seting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary. Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Adhesi Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu : Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).7 Kekuatan dan keausan Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.7 Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum, resin komposit digunakan untuk: Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI Fondasi atau core buildups Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif). Prosedur estetis tambahan Partial veneers Full veneers modifikasi kontur gigi penutupan/perapatan diastema. Semen (untuk restorasi tidak langsung) Restorasi sementara. Periodontal splinting.14,15,16 Glass Ionomer Cement (GIC) Glass Ionomer Cement (GIC) pertama kali dikenal dalam profesi kedokteran gigi sekitar 30 tahun yang lalu. Glass Ionomer Cement adalah bahan tambal sewarna gigi yang komponen utamanya terdiri dari likuid yang merupakan gabungan air dengan polyacid (Asam poliakrilat, maleat, itakonat, tartarat) dan bubuk berupa fluoroaluminosilicate glass.5 Material kedokteran gigi yang salah satunya bisa digunakan untuk bahan restoratif. Bahan ini bersifat antikariogenik oleh karena mampu melepaskan flourida, mempunyai thermal compatibility dengan enamel gigi, serta mempunyai biocompatibility yang baik.8 Indikasi Glass Ionomer Cement : Lesi erosi servikal Kemampuan glass ionomer cement untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin, menyebabkan glass ionomer cement saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan abrasi akibat sikat gigi.14,16 Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent) Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang memerlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan. Glass Ionomer Cement dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, glass ionomer cement digunakan sebagaibahan sub bonding. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawah restorasi amalgam mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.14,16 Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan. Glass ionomer cement yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan mahota yang parah. Restorasi gigi susu. Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat.14,16 Restorasi Rigid Restorasi Rigid yaitu restorasi yang di buat di luar mulut dari bahan yang rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara golongan semen. Restorasi rigid dapat di bagi menjadi restorasi ekstrakoronal, intrakoronal dan interadikuler.
8. Indikasi dan kontraindikasi
restorasi rigid secara umum: Indikasi : Kegagalan pada restorasi plastis sebelumnya Jika jaringan yang sehat tersisa sedikit Bila gigi tersebuta akan digunakan sebagai gigi penyangga suatu jembatan Mahkota klinis pendek Tekanan oklusal besar Kontraindikasi : Tingkat karies yang tinggi Oral hygine pasien buruk12,13 Indikasi dan kontraindikasi restorasi rigid logam: Indikasi : Kavitas besar Apabila gigi tersebut akan digunakan sebagai rest seat gigi tiruan Pasien mampu secara sosial ekonomi Kontraindikasi: OH pasien jelek Gigi sekitarnya dan gigi antagonisnya juga menggunakan logam (efek galvanis)12,13 Indikasi dan kontraindikasi restorasi rigid porselen: Indikasi : Apabila pasien menginginkan restorasi yang mengutamakan estetika Kelas IV black Pasien mampu secara sosial ekonomi Kontraindikasi : OH buruk Tingkat karies yang tinggi Pasien dengan kebiasaan bruksism12,13 Indikasi dan kontraindikasi restorasi rigid komposit: Indikasi : Untuk kavitas yang tidak luas Kelas IV black Pasien menginginkan biaya yang murah dengn estetik yang baik Kontraindikasi: OH jelek Tingkat Karies tinggi12,13 Indikasi dan kontraindikasi restorasi rigid porselen fused to metal: Indikasi: Pasien menginginkan restorasi yang kuat namun estetik yang baik Beban kunyak besar Kontraindikasi: Pasien dengan alergi logam Pasien bruxism OH hygine jelek12,13 Restorasi Ekstrakoronal Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau complete crown. Crown merupakan restorasi yang menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi asli.10 All metal crown Mahkota ini sering di sebut dengan mahkota luang penuh atau full cast crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari logam campur yang di tuang. All ceramic crown (mahkota porselen) Merupakan bidang ilmu paling cepat perkembangannya dalam bahan kedokteran gigi. porselen umumnya di gunakan untuk memulihkan gigi yang rusak atau pun patah dikarenakan faktor estatiknya yang sangat baik resistensi pemakaian, perubahan kimiawi yang lambat,dan konduktititas panas yang terendah. Terlebih lagi, porselen mempunyai kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik struktur gigi.11 Porcelain fused to metal Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restrorasi akhir pasca perawatan saluran akar karena mampu memberikan keuntungan ganda, yaitu dari segi kekuatan dan dari segi astetik. Lapisan logam sebagai subsrtuktur mahkota jaket porselen fused to melal akan mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat getas (brittle) dari bahan porselen di atasnya sehingga porselen, memiliki kerapatan tepid an daya tahan yang baik sementara lapisan porselen akan memberikan penampilan yang estetik. Gigi pasca perawatan saluran akar yang direstorasi dengan mahkota porselen fused to metal tingkat keberhasilan perawatannya tinggi. Restorasi Intrakoronal Inlay dan Onlay Logam Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai sebagian cusp atau tambalan yang berada di antara cups. Sehingga ukurannya biasanya tidak begitu luas. Onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari 1 cups atau lebih dari 2/3 dataran aklusal karena sisa jaringan makanan gigi yang tersisa sudah lemah. Inlay dan Onlay Porselen Resiorasi inlay dan onlay porselen menjadi popular untuk restorasi gigi posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay abrasi dibandingkan dengan resin komposit.11 Inlay dan Onlay Komposit (indirect) Restorasi dengan resin komposit dapat di lakukan secara indirect(tidak lansung), yaitu berupa inlay dan onlay. Indirect Komposit Inlay dengan Fibers Untuk gigi dengan restorasi yang besar dengan sedikit enamel tersisa.fibers dapat di gunakan sebagai bahan dasar veneer komposit.11 Mahkota ¾ Di sebut mahkota tiga per empat oleh karena dari 4 permukaan gigi, hanya 3 permukaan yang di tutup oleh mahkota.bagian yang tidak tertutup oleh mahkota adalah bagian labial atau bukal mahkota. Restorasi intradikuler Mahkota Pasak Kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior maupun interior yang cukup parah akan menimbulkan masalah retensi. Permasalahan ini dapat di tangulangi dengan mengunakan pasak. Mahkota Pasak fiber reinforced composile. Pemilihan jenis pasak yang di gunakan penting untuk mendapatkan retensi yang maksimal dengan menghilangkan seminimal mungkin struktur jaringan gigi. Pasak fiber, semen resin, bahan inti resin komposit,dan dentin memiliki modulus elastitas yang hampir sama, sehingga meningkatkan keberhasilan restorasi, di bandingkan dengan pasak dan inti metal.


BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dan Saran Alat dan bahan tambalan gigi merupakan hal dasar yang perlu kita ketahui sebelum menentukan bahan tambalan apa yang perlu dipergunakan oleh dokter gigi atau perawat gigi yang hendak diberikan kepada seorang pasiennya. Kita juga perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan dari bahan tambalan yang kita pergunakan agar tidak membahayakan pasien. Sehingga pentingnya kita mengetahui fungsi atau kegunaan, ciri-ciri, maupun terbuat dari apa bahan tambalan tersebut. Ini diperlukan agar kita juga dapat memberikan saran kepada pasien, sebaiknya dia menggunakan bahan tambalan yang terbuat dari apa. Misalnya pasien menginginkan tambalan yang sewarna dengan giginya kita dapat menyarankan tambalan resin komposit, tetapi ada juga bahan tambalan amalgam yang lebih kuat namun tidak sewarna dengan warna gigi. Selain alat dan bahan yang perlu kita ketahui, cara menambal secara baik dan benar perlu juga kita ketahui. Karena tambalan akan awet bila penatalaksanaannya yang tepat. 


 DAFTAR PUSTAKA 

Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard Edisi 6, Alih bahasa : Narlan Sumawinata. Jakarta 2002 Irawan, Bambang Material restorasi direk kedokteran gigi saat ini JDI 2004;11(1) : 24-28 Hj. Saluna Deynilisa, M.Pd Ilmu Konservasi Gigi. 2015. Jakarta : EGC Aprillia, Linda Rochyani, Erry Rahardiarto Pengaruh Minuman Kopi Indonesia Jurnal of Dentistry 2007;14(3) : 164-170 Anang, Mariati, Mintjelungan : Penggunaan Bahan Tumpatan Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Sari : Kebocoran Mikro Akibat Efek Suhu Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No2. September 2016 : 108-112 Anusavice, Kenneth J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 10. 2003. Jakarta: EGC. Melissa Justisia Aviandani, Elly Munadziroh dan Yogiartono Perbedaan kebocoran tepi tumpatan semen ionomer kaca Jurnal PDGIn61 (3) Hal. 81-87 ©2012 Baum, Liyod Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. 1997. Jakarta:EGC Sumono, Degradasi dan Efek Samping dari Karamik Gigi (Tinjauan Pustaka). 2007. Stomaiognatic (J.K.G Unej) Vol. 4 No.3.134-138. Hayashi, M., Tsuchitani, Y., Kawamura, y., Miura. M., Takeshige, F., dan Ebisu, S.. Eight-year Clinical Evaluation of Fired Ceramics inlay. Operative dentistry. 2000.25:473-481. ADA Council on Scientific Affairs. Direct and indirect restorative materials. JADA. 2003 ; 134 : 463-73. Harty F, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Alih Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta : Penerbit EGC, 1993: 81-2, 216. Ford, T.R. Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata; editor, Narlan Sumawinata dan LIlian Yuwono. Ed.2. Jakarta: EGC Cecilia G. J. Lunardi, Soeyatmi Iskandar, Sri Kunarti Prijambodo, Resin komposit untuk restorasi gigi posterior simposium sehari Mempertahankan Gigi Selama Mungkin, Surabaya: FKG, 1989. Narlan Sumawinata, Restorasi Gigi, edisi 2, Jakarta Kedokteran EGC, 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERBAIKAN PELAYANAN BPJS

Sumber Gambar JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan kerap menuai kritikan dari berbagai pihak ...